Label

Jumat, 28 Agustus 2009

LetKol Inf.Ahmad Daniel Chardin Jabat Komandan Kodim 0101/ABES

Banda Aceh, Harian Kota
Pelaksanaan Upacara Serah Terima jabatan Komandan Kodim 0101/Abes dari Letnan kolonel Inf.Fauzi Rusli kepada Letnan Kolonel Inf.Ahmad Daniel Cardin yang telah dipercaya pimpinan untuk menjabat Komandan Kodim 0101/Abes pada tanggal 27 Agustus 2009 di Lap.Makodim 0101/Abes.
Acara Sertijab juga dihadiri Para Dansat jajaran Korem 012/Teuku Umar, Para Muspida Kabupaten Aceh Besar dan Kotamadya Banda Aceh, Ketua Persit KCK cabang 27 Kodim 0101/Abes, Para Alim Ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, Para pewira, Bintara, Tamtama dan Pegawai Negri Sipil jajaran Kodim 0101/Abes.
Ucapan Selamat Datang untuk Ny.Ahmad Daniel Cardien dengan harapan dapat mencurahkan perhatiannya sebagai pendamping dan pendorong tugas suami serta berperan dalam membina organisasi Persit KCK 27 Kodim 0101/Abes dengan sebaik-baiknya,”ujarnya Djoko Subandrio Komandan Korem 012/Teuku Umar.
Eksistensi Kodim 0101/Abes sebagai satuan Komando Kewilayahan di jajaran Korem 012/Teuku Umar yang berada di tengah-tengah ibu kota Provinsi yang memiliki masyarakat sangat kompleks dengan berbagai macam aktivitas kehidupan yang heterogen Proaktif dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan NKRI, melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia serta menumbuhkan kembali pentingnya semangat kebersamaan, cinta tanah air, dan membantu masyarakat Aceh untuk membangun kehidupan yang lebih baik, maju dan bermartabat.
“Terima kasih dan penghargaan kepada Bupati/Walikota, Ketua DPRA dan seluruh muspida kabupaten/kota di wilayah kodim,seluruh element masyarakat dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan kerja sama yang telah diberikan kepada Letnan Kolonel Inf.Fauzi Rusli dan saya berharap segala bantuan dan kerja sama ini tetap dilanjutkan dan diberikan kepada Letnan Kolonel Inf.Ahmad Daniel Cardin.
Komandan Korem 02/Teuku Umar Djoko Subandrio, dalam amanatnya berharap dengan kehadiran Letnan Kolonel Inf.Ahmad Daniel Cardin sebagai Dandim 0101/Abes akan dapat memberi inovasi baru guna menghadapi tugas-tugas ke depan yang sangat kompleks dan multidimensional. (lan)

PT Bank BPD Aceh Luncurkan Tabungan Baru

Banda Aceh. Harian Kota
PT Bank BPD Aceh telah meluncurkan produk baru, tabungan dan kartu (ATM) Seulanga, seulanga yang merupakan nama bunga yang terkenal dengan keharumannya atau dalam bahasa latin di sebut cananga odorata atau canagium odoratum, kemegahan bunga seulanga di  Aceh juga menjadi sumber inspirasi para seniman, penulis yang sering ditampilkan dalam berbagai karya seperti tarian dan nyanyian.
Direktur Utama PT Bank BPD Aceh Aminullah Usman kepada Harian Kota mengatakan, kami telah mengembangkan sebuah produk tabungan dengan berbagai keunggulan , fasilitas dan kemudahan untuk memenuhi harapan masyarakat, tabungan seulanga ini tentu saja telah kami sediakan keungulan, fasilitas yang menarikdi bandingkan denga produk yang lain.
Tabungan ini online dengan seluruh jaringan  kantor bank BPD Aceh berikut dengan ATM-nya di seluruh jaringan ATM bersama diseluruh Indonesia, bunga mencapai 5-7 persen, penarikan tunai perhari maksimal 10 juta dan transfer antar bank 25 juta dan antar Bank BPD 50 juta, ujar aminullah Usman
Aminullah Usman menambahkan, setiap penabung seulangan berkesempatan  memperoleh hadia langsung tampa diundi, setiap kelipatan Rp 500 ribu perbulan, penabung akan mendapatkan satu poin, pada saat poin yang dikumpulkan telah mencukupi penabung dapat langsung menukardengan hadiah-hadian yang sangat menarik seperti, setrika, kipas angin, blender, rice cooker, mixer, kompor gas, mini compo, kulkas, I pod nano, psp, handphone, camera, hendycam, playstation 3, lcd tv32 inci, laptop, sepeda motor dan mobil Honda jazz.
Aminullah Usman mengharapakan agar tabungan seulanga ini akan menjadi primadona di Aceh, dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat tumbuh dan berkembang, sehingga dapat mendukung proses pembangunan per ekomonian Aceh yang saat ini semakin hari semakin menunjukan pertumbuhan yang sangat segnifikan.

Senin, 24 Agustus 2009

Pengesahan Rancangan Qanun RTRW dan Pembentukan Yayasan Politeknik Aceh

Banda Aceh

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan pada Tahun 2008 Dewan Perwakilan Rakyat kota Banda Aceh telah menetapkan Program Legislasi Kota Banda Aceh, Sejumlah 21 Rancangan Qanun menjadi program Legislasi Prioritas Tahun 2008 yang salah satu diantaranya adalah Rancangan Qanun Tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2006-2026.

Walikota Banda Aceh Mawardy Nurdin dalam teks pidatonya mengatakan, Rancangan Qanun Tentang Tata Ruang Wilayah telah disampaikan kehadapan DPRK, pada tanggal 2 agustus 2007 dengan surat nomor 188.342/08919/2007 perihal Pengajuan Rancangan Qanun Kota Banda Aceh Tahun 2007, Kemudian sebagai penyempurnaan lebih lanjut terhadap rancangan qanun, DPRK telah mengembalikan kembali rancangan Qanun tersebut untuk dilakukan perbaikan. Menindak lanjuti hal tersebut kami juga telah melakukan penyempurnaan lebih lanjut terhadap Rancangan Qanun RTRW tersebut.

Rancangan qanun tata ruang ini disusun secara menyeluruh, terpadu, fleksibel dan kontinyu dengan menganalisis semua aspek dan faktor perkembangannya, yang dapat dipakai sebagai landasan dalam mengarahkan perkembangan fisik Kota Banda Aceh. Sehingga masing-masing elemen dapat berinteraksi dengan baik dalam mendukung perkembangan kota sesuai dengan peran dan fungsinya dan memacu laju pertumbuhan wilayah sekitarnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan Ketentuan Teknis yang terdapat dalam perundang-undangan yang berhubungan dengan rencana kota, ujar Mawardy Nurdin.[dry]

Walikota Banda Aceh mawardy Nurdin juga Menambahkan, Bahwa beberapa waktu yang lalu kami juga telah menyampaikan kehadapan DPRK, rancangan qanun tentang pembentukan Yayasan Politeknik Aceh melalui surat kami Nomor 181/05827 tertanggal 9 juli tahun 2009. Penyampaian rancangan qanun  ini sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari dewan, karena tidak tercantum dalam daftar proleg prioritas Tahun 2008, namun  Rancangan Qanun dimaksud akan ditetapkan dalam Proleg Prioritas Tahun 2009 oleh DPRK. 

“Untuk ini pemerintah kota juga telah mendirikan Yayasan Politeknik Aceh berdasarkan Akta Notaris Nomor  19, tanggal 19 Maret 2009 sebagai Pengelola Politeknik Aceh yang pembangunannya telah selesai dengan dilengkapi fasilitas sarana dan  prasana  atas bantuan dari Perusahaan Energi (Chevron) dan USAID” tambah Mawardy Nurdin.

Penataran Pembinaan Penulisan Arab-Melayu di Aceh

Banda Aceh

Huruf Arab-Melayu sangat berjasa dalam mencerdaskan bangsa-bangsa di Nusantara. Sejak abad XIII M, sudah banyak kitab-kitab yang bertuliskan Arab-Melayu, dan tidak disangsikan lagi bahwa dari Aceh bermula munggunakan tulisan Arab-Melayu, sehingga berkembang sampai ke seluruh Nusantara.

Bukti lain yang tidak dapat dihapus oleh bangsa mana pun, yaitu kitab-kitab hasil karya-karya besar dari para ulama Aceh dahulu, seperti karya Hamzah Al-fansuri, Syamsuddin Al-sumatrani, Abdulrrauf Al-Singkili, dan lain lain.
      
Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar mengatakan, mengingat Aceh sebagai pelopor penggunaan Arab-Melayu, sangat wajar dan tepat bila rakyat Aceh menjaga kelestariannya.  Selain itu harus terus berupaya meningkatkan pemahaman penulisan Arab-Melayu kepada generasi muda. 

Pemerintah Aceh menyambut baik atas penyelenggaran penataran penulisan Arab-Melayu.  ”Kami samgat gembira seperti laporan panitia tadi di mana penataran pada tahun ini banyak peserta yang datang dari kabupaten/ kota yang mengirimkan pesertanya,” ujar Muhammad Nazar.

Muhammad Nazar mengharapkan, melalui penataran pembinaan penulisan Arab-Melayu dapat menyeragamkan sesuai kaidah penulisannya, dan dapat membudayakan kembali  penulisan Arab-Melayu di kalangan masyarakat Aceh yang telah menjadi warisan dari leluhur kita.[dry]

Pameran Temporer " Literatur islam Kuno "

 
                                               Harian Kota [dry]
Banda Aceh
Keberadaan naskah kuno di Aceh tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan agama Islam di Aceh,Naskah-Naskah aceh tumbuh subur setelah agama Islam berkembang pada abad ke-15, perkembangan pernaskahan di Aceh tidak dapat dilepaskan dari kolonialisme dikepulauan melayu pada abad ke-16, setelah malaka jatuh ketangan bansa portugis pada tahun 1511 pusat penyebaran agama Islam berpinda dari Malaka Ke Aceh,  kata kepala dinas kebudayaan dan pariwisata aceh, Mirzan Fuady.  

Kepada wartawan  Mirzan Fuadi menjelaskan Pernaskahan di aceh dikenal terutama pada masa pemerintahan Iskandar Tani, tampak pada masa pemerintahannya berkembang pernaskahan tentang mistik, dalam naskah itulah terdapat pemikiran sufi yang berasal dari India pada pertengahan abad ke-17 sekaligus merupakan masa khusus dan penting dalam sejarah islam dikepulauan Indonesia khususnya Aceh.

Mirzan Fuadi menabahkan, Di Sumatera bagian utara ada dua negeri yang menjadi pusat penyebaran Agama Islam yaitu pasai dan peureulak pada awal abad ke-15, dengan mengunakan penulisan naskah dengan mengunakan bahasa melayu dan Aceh.  

Mirzan Fuadi juga mengharapkan semoga pameran ini dapat menambah aspirasi dan pemahaman masyarakat terhadap benda-benda budaya yang ada di Aceh. [dry]
Harian Kota [dry] Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin dengan rasa bangga dan terharu saat menerima piala Adipura dari Presiden RI SBY sebagai kota terbaik dalam pengelolaan lingkungan perkotaan berkaitan dengan kebersihan dan keindahan untuk katagori kota sedang.

Banda Aceh Raih Adipura

Kerja keras tampa kenal lelah, kini telah membuahkan hasil yaitu ditandai dengan penganugrahan piala adipura yang langsung diserahkan oleh Presiden RI SBY untuk Kota Banda Aceh sebagai Kota Terbaik dalam pengelolaan lingkungan perkotaan berkaitan dengan kebersihan dan keindahan untuk katagori kota sedang.  

Walikota Banda Aceh Mawardy Nurdin kepada wartawan  mengatakan, penghargaan Adipura ini, seharusnya dapat dijadikan alat pemicu untuk memacu kita agar dapat bekerja lebih keras lagi. Kerja keras dalam membenahi kota Banda Aceh secara terus menerus amat diperlukan, karena disamping kota Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh.  

Walaupun kita telah bekerja keras, tampa adanya partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, tentu harapan kita untuk menjadikan Banda Aceh sebagai kota wisata yang bersi, indah, nyaman dan berbudaya  Ke-Acehan adalah sia-sia “ selama ini saya melihat, partisipasi masyarakat telah cukup tinggi yang telah mau bersama-sama pemerintah kota Banda Aceh bahu-membahu membangun kota Banda Aceh ini,” ujar Mawardy Nurdin.

Mawardy Nurdin juga mengharapkan, penghargaan Adipura ini harus dapat kita pertahankan dengan jalan meningkatkan upaya untuk menjadikan kota Banda Aceh lebih bersih dan lebih indah lagi, sehingga pada masa mendatang banda aceh bisa jadi kota budaya, kota internasional, kota spiritual, kota wisata Islami sesuai dengan ajaran Islam. (dry)

Semraut, Perparkiran di Kota Banda Aceh Acak - acakan

Banda Aceh

Sebanyak 178 juru parkir yang ada di Kota Banda Aceh, dipanggil secara mendadak oleh Pemerintah Kota melalui Dinas Perhubungan, mengenai ketertiban atas telah beroperasinya pasar Atjeh tepatnya dijalan Ponogoro, Peunayong.

“Pemanggilan tersebut, guna menghindari kesemrautan badan jalan terhadap ramai pengunjung pasar Atjehl, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, ” ujar Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, Auli Amri, didampingi Kabid Perparkiran, Ridwan Husen, kepada wartawan

Selanjutnya Auli Amri berpendapat, tarif yang diberlakukan berdasarkan qanun Pemerintah kota Banda Aceh nomor 11 tahun 2007 tentang kewajiban bagi pengguna badan jalan, berhak membayar retribusinya. “Untuk roda dua tarifnya masih sama yaitu sekitar 500 rupiah dan roda empat sekira 1000 rupiah, artinya tidak boleh ada yang melebihi dari tarif yang telah ditetapkan oleh Pemko,” katanya.

Kecuali itu, papar dia lagi, biaya parkir untuk pelataran yang dikenakan kepada pengguna lokasi, sedikit berbeda dengan arena badan jalan. “Bagi kendaraan roda dua biaya yang dibebankan Rp.1000 rupiah, dan roda empat Rp.2000 rupiah, uang ini juga masuk kedalam kas Pendapatan Asli Daerah (PAD),” paparnya.     

Tidak hanya itu jelas Auli, juru parkir tersebut diminta untuk mampu menciptakan situasi kota yang lebih nyaman, yakni harus memisahkan antara kenderaan bermotor roda dua dengan roda empat. “Khusus terhadap kenderaan roda dua dilakukan perparkiran sebelah kiri dan roda empat poisisinya berada disebelah kanan. Sehingga, keindahan kota dapat terlihat indah, nyaman, dan tertib,” jelas Auli.

Auli Amri sendiri masih mengakui sejauh ini kondisi kota, masih semraut dalam hal perparkiran.Karena, pengguna arena tersebut masih minim mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh juru parkir. “Perkara ini sering menimbulkan kesalah pahaman antara pengguna lokasi parkir dengan juru itu, hingga ketingkat adu jotos.kondisi seperti ini sangat kita sayangkan,” tutur dia.

Begitupun harapan Auli, perlu dukungan dari semua pihak dalam membangun kota Banda Aceh untuk menjadi contoh konkrit bagi daerah lain, dan tidak terjadi lagi kejadian yang serupa. Auli Amri juga mengharapkan “Mari kita wujudkan situasi kota ini kearah yang lebih baik, dengan melibatkan semua komponen masyarakat untuk saling mentaati peraturan yang telah ada,” pinta dia. (dry)

Waduk Keliling Aceh Besar

                                                                  Harian Kota [ war ]                                                                        
Waduk Keliling ini merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh Aceh Besar, waduk ini diresmikian oleh Presiden SBY yang dibangun oleh BRR, dengan jumlah Anggaran 270,3 miliar rupiah dengan luas lahan 330 hektar dengan kapasitas bisa menampung air lebih 18 juta meter kubik dan waduk keliling ini sudah menjadi momen besar bagi pemerintah di Aceh Besar. 








                                                        

BPN Aceh Belum Rampungkan Pengukuran Tanah Korban Tsunami

Badan Pertanahan Negara (BPN) Aceh, hingga kini belum merampungkan pengukuran tanah korban tsunami, guna memperoleh sertifikat gratis yang difasilitasi sumber dana oleh work bank dan APBN.

“Sejauh ini, pengukurannya sedang kami lakukan terus secara berkelanjutan di seluruh Kabupaten/Kota di Aceh,kata Kabid Survei, Pengukuran dan Pemetaan Tanah Nurul Bahri, kepada pewarta HOKI, Senin (27/4). Kata dia, program tersebut yang dibentuk sejak tahun 2005 lalu dipereuntukkan bagi korban Tsunami Aceh, dalam memperoleh sertifikat gratis, dan akan tuntas pada 2011 mendatang.

“Perkiraan awal sekitar 600 ribu bidang siap direalisasikan kepada masyarakat korban Tsunami, namun, pelaksanaan lapangan yang dilaksanakan sesuai ketentuan hanya sekira 400 ribu bidang tanah,” ujar dia. Ia menyebutkan, hingga kini pihaknya melalui Kabupaten/Kota telah merealisasikan berkisar 130 ribuan bidang tanah, sementara sisanya sedang dilanjutkan.

“Hal ini membutuhkan waktu panjang, berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.Sehingga, penerimanya pun tepat sasaran dalam memberikan kepada yang berhak,” sebut dia. Dijelaskan Nurul, pihaknya hanya memfasilitasikan saja atas realisasi sertifikat tanah tersebut, sedangkan tim itu dibentuk langsung dari BPN pusat.

“Kami hanya membantu pengkuran dan fasilitas lainnya saja, dalam merealisasi sertifikat tersebut,” jelas Nurul. Ia berharap, hendaknya masyarakat penerima mamfaat untuk bersabar untuk memperoleh sertifikasi gratis itu, yang sedang diupayakan secara maksimal, pinta dia. (*)

Kasus Becak Bantuan Belum temukan Ttik Terang


Banda Aceh
Khasus masalah bantuan becak dari Menkokesra dan Lembaga Donor (NGO) kini telah berjalan kurang lebih selama tiga tahun, dan sampai saat ini permasalahan belum memenukan titik terang diantara kedua belah pihan, abang-abang becak dengan koperasi puga diri yang dipimpin oleh samsul raden mendenggar hal itu, Gubernur Aceh, Irwandi yusuf langsung membentuk Tim untuk menyelesaikan masalah bantuan becak tersebut diantaranya, Biro Hukum Pemerintahan Aceh dan Kesbang linmas Aceh.

Kepala Kesbang Linmas Aceh. M Djakfar Djuned saat di temui diruang kerjanya mengatakan, kita akan membantu untuk menyelesakan masalah ini, apalagi itu kan bantuan untuk korban tsunami, jadi sampai saat ini kita belum bisa untuk menemukan titik terang dan kita juga telah beberapa kali membuat pertemuan dengan kedua belah pihak antara abang-abang becak dengan koperasi puga diri.

Sampai saat ini pihak koperasi puga diri belum menyerahkan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) san surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) kepada abang-abang becak, sedangkan cicilan per hari Rp 15000 telah di berikan kepada koperasi selama tiga tahun. Selanjutnya dia lagi, kita hanya memfasilitasi saja, kita juga ingin masalah becak bantuan ini cepat selesai, kita akan membuat pertemuan sekali lagi, dan kita juga akan memanggil siapa siapa saja yang menberikan bantuan becak kepada koperasi puga diri, untuk dapat hadir dalam pertemuan kita nantinya, 

M Djakfar Djuned juga menambahkan, apabila pertemuan kita natinya belum menemukan titik terang, kita akan limpah kan ke pengadilan atau kepihak yang berwajib.(lan)