Label

Senin, 24 Agustus 2009

Semraut, Perparkiran di Kota Banda Aceh Acak - acakan

Banda Aceh

Sebanyak 178 juru parkir yang ada di Kota Banda Aceh, dipanggil secara mendadak oleh Pemerintah Kota melalui Dinas Perhubungan, mengenai ketertiban atas telah beroperasinya pasar Atjeh tepatnya dijalan Ponogoro, Peunayong.

“Pemanggilan tersebut, guna menghindari kesemrautan badan jalan terhadap ramai pengunjung pasar Atjehl, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, ” ujar Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Banda Aceh, Auli Amri, didampingi Kabid Perparkiran, Ridwan Husen, kepada wartawan

Selanjutnya Auli Amri berpendapat, tarif yang diberlakukan berdasarkan qanun Pemerintah kota Banda Aceh nomor 11 tahun 2007 tentang kewajiban bagi pengguna badan jalan, berhak membayar retribusinya. “Untuk roda dua tarifnya masih sama yaitu sekitar 500 rupiah dan roda empat sekira 1000 rupiah, artinya tidak boleh ada yang melebihi dari tarif yang telah ditetapkan oleh Pemko,” katanya.

Kecuali itu, papar dia lagi, biaya parkir untuk pelataran yang dikenakan kepada pengguna lokasi, sedikit berbeda dengan arena badan jalan. “Bagi kendaraan roda dua biaya yang dibebankan Rp.1000 rupiah, dan roda empat Rp.2000 rupiah, uang ini juga masuk kedalam kas Pendapatan Asli Daerah (PAD),” paparnya.     

Tidak hanya itu jelas Auli, juru parkir tersebut diminta untuk mampu menciptakan situasi kota yang lebih nyaman, yakni harus memisahkan antara kenderaan bermotor roda dua dengan roda empat. “Khusus terhadap kenderaan roda dua dilakukan perparkiran sebelah kiri dan roda empat poisisinya berada disebelah kanan. Sehingga, keindahan kota dapat terlihat indah, nyaman, dan tertib,” jelas Auli.

Auli Amri sendiri masih mengakui sejauh ini kondisi kota, masih semraut dalam hal perparkiran.Karena, pengguna arena tersebut masih minim mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh juru parkir. “Perkara ini sering menimbulkan kesalah pahaman antara pengguna lokasi parkir dengan juru itu, hingga ketingkat adu jotos.kondisi seperti ini sangat kita sayangkan,” tutur dia.

Begitupun harapan Auli, perlu dukungan dari semua pihak dalam membangun kota Banda Aceh untuk menjadi contoh konkrit bagi daerah lain, dan tidak terjadi lagi kejadian yang serupa. Auli Amri juga mengharapkan “Mari kita wujudkan situasi kota ini kearah yang lebih baik, dengan melibatkan semua komponen masyarakat untuk saling mentaati peraturan yang telah ada,” pinta dia. (dry)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar